Pages

Kamis, 20 Februari 2014

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

            Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Kutipan dari Bang Tere Liye yang memiliki arti yang besar menurutku. Daun memang takkan pernah membenci angin, sekalipun  angin tak berhembus lagi untuknya. Angin telah pergi dan takkan pernah ada lagi untuk daun. Apakah daun sedih? apakah daun marah? Apakah daun kecewa? Tidak! Tak secuilpun perasaan marah, kecewa, dan sedih ada di hati daun. Karena daun paham betul bahwa segalanya sudah menjadi kehendakNYA. Tuhan telah merancang scenario kehidupan untuknya, dan daun hanya perlu menjalani seperti yang seharusnya. Daun paham betul akan hal itu, sehingga daun bisa tersenyum indah saat angin pergi. Daun sadar, angin memang tak pernah tercipta untuknya.

            Jika memiliki kesempatan, daun ingin mengucapkan terima kasih kepada angin. Berterima kasih karena telah mau berbagi kesejukan dengannya, mengijinkan daun untuk terbang dan menari bersama, merengkuh daun disaat daun rapuh, merengkuh daun saat ia jatuh terhempas dari dahan pohon. Beribu rasa terima kasih ingin daun sampaikan kepada angin.  Yah, “DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN"



Di Bawah Langit Malam
 6 februari 2014

Minggu, 25 Agustus 2013

Panggung kehidupan tak lagi sama

Panggung kehidupan tak lagi sama
Pangung kehidupan tak seindah biasanya
Sang Antagonis telah berkuasa
Protagonis serasa hilang tak bersisa

Panggung kehidupan tak lagi sama
Terlalu banyak air mata kesedihan
Terlalu banyak ratapan kepedihan
Terlalu banyak suara sumbang kesombongan

Panggung kehidupan tak lagi sama
Ratapan nurani terlalu perih terasa
menangisi kebobrokan manusia
menangisi keadilan yang telah terinjak

Sungguh…
panggung kehidupan tak lagi sama…

Jumat, 21 Juni 2013

GALAU :(

            kebimbangan? Apa yang kalian ketahui tentang bimbang? apakah kalian pernah merasakan kebimbangan? apa yang kalian lakukan jika perasaan itu singgah dihati kalian? Yah saya menanyakan hal tersebut karena sekarang hati ini dilanda kebimbangan yang teramat dalam. Tidak bermaksud untuk melebih-lebihkan karena memang begitulah adanya. Rasa yang sebetulnya menyebalkan ini tanpa izin telah menjajah hati dan pikiran membuat logika dan perasaan untuk kesekian kalinya berseberangan.
            Kebimbangan membuat ku berpikir lebih dalam mengenai logika dan perasaan itu sendiri. Semakin besar jarak antara logika dan perasaan semakin besar rasa ingin tahu ku mengenai keduanya. Apakah memang logika dan perasaan tidak akn pernah beriringan ataukah keduanya bisa berjalan searah pada suatu saat nanti diwaktu yang tepat. Seseorang diluar sana pernah mengajarkan ku mengenai logika, bahwa logika yang mengatur perasaan itu sendiri. Sebagai contoh seseorang akan menggunakan logikanya terlebih dahulu untuk memilih pujaan hatinya. Logika akan memilih dengan mempertimbangkan semua yang ada dalam lingkupnya, dan perasaanlah yang harus menyesuaikannya. Tapi apakah itu adil untuk perasaan? Mengorbankan perasaan untuk keegoisan logika. Ataukah perasaanlah yang tidak adil, ingin menguasai segalanya tanpa memberikan apa-apa untuk logika? Logika dan perasaan akan hanya menjadi dua kepingan puzzle dari kehidupan yang takkan pernah menyatu, kecuali jika puzzle lain muncul  dan memiliki kekuatan untuk menyatukan mereka. Tapi apakah itu? Entahlah...

            

Senin, 25 Februari 2013

SANG DAUN



Kisah antara DAUN, POHON, dan ANGIN karya dari seseorang yang kubaca melalui internet, tanpa kusadari memiliki alur kisah yang hampir sama dengan alur hidupku. Aku berada di alur kehidupan Sang DAUN persis seperti kisah dicerpen tersebut.
Saat ini sang Daun merasa angin mulai bergerak perlahan meninggalkan DAUN atau mungkin ANGIN hanya ingin agar DAUN bisa bergerak indah di langit sana tanpa bantuan ANGIN? Tapi itu adalah sesuatu yang hampir tidak mungkin dilakukan oleh sang DAUN. Apakah ANGIN tidak tahu bahkan DAUN tidak akan pernah bergerak, melayang bersama awan tanpa ada ANGIN yang berada di sisinya? Kecuali jika ada ANGIN lain yang suka rela membawa DAUN terbang dan menari bersama dalam pelukan fatamorgana Sang Langit. 

                Perlahan DAUN kembali memikirkan POHON. Apakah keputusan Sang Daun tepat. Memutuskan untuk terbang bersama angin karena menurutnya POHON tak menginginkannya lagi untuk tinggal disisinya ataukah rayuan ANGIN yang membuat Sang Daun memutuskan untuk terbang bersamanya, walau DAUN tanpa pernah mengetahui apa yang akan dihadapinya. Yah, persis dengan kutipan cerpen indah itu, “Daun pergi karena pohon tak menginginkannya untuk tinggal ataukah karena angin yang terlalu kuat membawa Sang Daun?”

                Sekarang DAUN telah pergi meninggalkan pohon, terbang bersama Sang Angin. DAUN tak pernah tahu kejutan apa lagi yang akan muncul dalam hidupnya. Apakah DAUN tetap bersama ANGIN, ANGIN yang membuatnya terlepas dari POHON mengajaknya untuk terbang bersama walau terkadang SANG Angin terlalu kencang bertiup sehingga membuat DAUN merasa tidak mampu mengikuti tiupan Sang ANGIN. Atau akan ada ANGIN lain yang akan mengisi kehidupan Sang DAUN dan menggantikan posisi ANGIN yang dulu untuk menemani Sang DAUN terbang menari di fatamorgana langit yang indah dengan tiupan yang lebih lembut. Ataukah akan hadir POHON lain yang hadir memberikan dahannya untuk disinggahi DAUN yang telah lelah terbang bersama Sang ANGIN terlalu kencang bertiup sehingga membuat DAUN merasa semakin rapuh. Bahkan mungkin bisa saja POHON yang telah melepaskan DAUN lah yang akan hadir memberikan dahannya kepada DAUN yang telah lelah dan rapuh mengarungi fatamorgana Sang Langit. Entahlah.... bahkan DAUN tak berani berandai....






               

Senin, 17 Desember 2012

KADO TERAKHIR DARI KIRANA



Sore indah di hari sabtu  ketika aku duduk sendiri disebuah café. Aku termenung memikirkan semua tugas yang diberikan oleh dosen. Disanalah kulihat seorang gadis yang juga duduk sendiri. Terdiam dan larut dalam buku yang dia baca.  Aku heran, buku yang dia baca seperti buku jaman ketika mama masih remaja. Terlebih lagi dengan pakaian yang dia pakai, sungguh sangat aneh. Aku seperti terbawa ke zaman 80an jika aku melihatnya.  semakin ku memperhatikan dirinya semakin ku terlarut dalam suasana yang aku sendiri tak tahu apa. Kumerasa ada sesuatu yang beda darinya. Kuberniat untuk berkenalan dengannya, tapi aku tak bisa. Bahkan untuk mendekati dan mengatakan hai kepadanya, aku tak berani. Aku hanya bisa memperhatikan dirinya sampai ia tak terjangkau lagi oleh kedua mataku. Hingga akhirnya kutersadar aku juga harus meninggalkan café dan kembali kerumah .
Keesokan harinya, aku kembali ke cafe. Tujuanku ingin kembali bertemu dengan gadis 80an itu.
“aku harus bisa berkenalan dengannya” benakku dalam hati
Kutunggu gadis itu hingga berjam-jam, tapi dia tak jua datang. Kucoba untuk bertanya kepada penjaga café. Mungkin dia bisa memberitahukan informasi tentang gadis itu.
“maaf, apakah mas tahu semua pengunjung di café ini? Tanyaku kepada salah satu penjaga café
“hmm, hanya sebagian mas. Itupun hanya yang jadi pelanggan kami”
“ kalau boleh tahu mas kenal dengan gadis yang duduk kemarin disini? Tanyaku lagi
“ ciri-cirinya?”
“ putih, cantik, memakai pakaian model 80an.”
“waah, saya juga tidak tahu mas.” Kata penjaga café
“ och, makasih yach”
“sama-sama mas”
Aku kembali ke meja, menghabiskan kopi yang masih tersisa. Kuputuskan untuk tetap menunggu gadis misterius itu. Entah kenapa aku sangat ingin mengenalnya. Apa karena dia memakai pakaian seperti mama ketika masih remaja ataukah memang karena ada sesuatu yang tersembunyi dibalik paras cantiknya? Aku terus menduga-duga, hingga  kembali ku tak sadar matahari telah kembali keperaduannya.  
Sebelum pulang, aku berencana membeli kado untuk ulang tahun mama yang tinggal seminggu lagi. Aku mulai mencari di toko buku, Siapa tahu aku bisa mendapatkan kado yang special untuk mama. Disanalah, aku kembali bertemu dengan gadis 80an itu, dia sedang berdiri dipojok rak buku ketika aku datang menghampirinya.
“hai” sapaku
Dia hanya menatapku sekilas lalu kembali membaca bukunya.
“kamu sering kesini yach??” tanyaku lagi
Dia hanya mengangguk sebagai tanda dia merespon pertanyaanku. 
“kalau boleh tahu nama kamu siapa?”
Dia kembali menatapku. Kali ini gadis 80an itu tak membaca bukunya lagi. Dia menutup bukunya dan pergi berlalu meninggalkanku, tanpa berbicara sepatah katapun kepadaku. Ku coba untuk mengejarnya dan mengikuti kemana ia pergi. Sepanjang jalan kucoba untuk mengajaknya ngobrol, tapi gadis 80an itu tetap saja membisu, bahkan menoleh kearahku pun tidak.
“Okey, mungkin karena kamu nggak kenal aku makanya kamu nggak mau jawab semua pertanyaanku, tapi kamu jangan cuekin aku kayak gini donk!” kataku kepadanya
“maaf” jawabnya singkat
Aku tak percaya setelah sekian lama, akhirnya dia mau juga berbicara kepadaku.
“kalau boleh tahu nama kamu siapa?” tanyaku lagi
“untuk apa?”
“ yaa, supaya aku bisa manggil kamu kalau kita bertemu lagi” jawabku sekenanya
“och”
“ jadi, nama kamu siapa?”
“ Kirana”
“ och nama yang bagus” 
“ maaf aku buru-buru” kata gadis 80an sambil mempercepat langkah kakinya.
“ hey, tunggu”
Ku coba untuk tetap mengikutinya. Tetapi ketika dia persimpangan jalan aku kehilangan jejaknya.  Aku berusaha untuk mencarinya, tapi aku tak menemukanya. Terlalu banyak pejalan kaki di sekitar persimpangan jalan itu, hingga aku tak bisa menemukannya. Namun perhatianku langsung tertuju pada sebuah buku yang tergelatk di pinggir jalan. Dan ternyata itu buku yang selalu dibawa oleh Kirana.
“hmm, yang jelas aku sudah tahu namanya, mungkin lewat buku ini aku bisa mengetahuinya tentang dirinya lebih jauh” batinku.
***
Sudah sebulan aku tak bertemu dengan kirana sejak pertemuan terakhirku di toko buku.pertemuan singkat itu telah memberikan kenangan. Aku tak tahu dimana dia, bagaiman kabarnya, dan kenapa dia bisa menghilang begitu saja. Kucoba bertanya kepada penjaga café dimana aku dan kirana biasa kunjungi sampai ke penjaga toko buku, tapi anehnya mereka tidak pernah melihat sosok seperti kirana.  Aku kemudian mencoba mencarinya dipersimpangan tempat dimana ku selalu kehilangan jejaknya. Aku bertanya ke semua orang yang ada dipersimpangan itu, tapi tak satu pun yang mengenal kirana, bahkan melihat kirana pun tak pernah.
Aku memutuskan menunggu hingga malam menjelang di cafe tampat aku dan kiran bertemu untuk pertama kali. Aku duduk sembari memikirkan Kirana. Entah mengapa aku sampai saat ini aku masih begitu tertarik dengan sosok bernama Kirana. Aku teringat dengan buku yang aku temukan sebulan yang lalu. Aku membuka buku itu dan aku tersontak kaget melihat foto yang ada di buku tersebut.
“inikan foto mama ketika remaja? Mengapa ada foto mama bersama Kirana” Tanyaku dalam hati.
Yang lebih membuatku terkejut, di buku itu juga terselip kartu ucapan ulang tahun untuk seseorang yang mempunyai nama mirip dengan mama.
Ini sungguh membingungkan, aku harus menanyakan ini kepada mama” batinku
Kusimpan buku kirana didalam tas. Aku ingin menanyakan hal ini kepada mama. Mungkin hal ini ada hubungannya dengan mama.
Sesampainya dirumah kuperlihatkan buku kirana kepada mama. Awalnya mama tidak terlalu menanggapi apa yang aku katakan karena memang hari sudah larut.
“ Aduh rendi, kalau kamu mau cerita, besok saja yach? Sudah larut malam, mama juga mau istirahat.” Kata mama
“tapi ma, ini sangat penting.” jawabku
Akhirnya mama mengalah dan mulai mendengar ceritaku. ketika kusebut nama kirana, raut muka mama tiba-tiba berubah. Mama bertanya darimana aku tahu tentang kirana. Dan kuceritakan awal aku bertemu kirana hingga aku menemukan buku beserta kartu ucapan dan foto yang ada dibuku itu.
Kulihat raut muka mama semakin tak menentu. Apa yang sebenarnya terjadi?
Mama mulai menceritakan tentang sahabatnya, yang juga bernama kirana. Entah apakah kirana yang kutemui dan kirana yang mama ceritakan adalah orang yang sama. Kirana adalah sahabat terbaik yang pernah dimiliki mama. Mereka selalu bersama. Mereka layaknya saudara kandung yang selalu bersama dalam suka dan duka. Hingga suatu ketika kirana dan orangtuanya pindah keluar kota. Mama sangat sedih ketika itu. Yang membuat sedih lagi, ketika mama mendengar kirana meninggal karena sakit. Mama merasa terpukul saat itu. Tak ada lagi sahabat yang bisa mengerti mama seperti kirana.
“rendi, kamu bisa antar mama ke persimpangan jalan. Tempat kamu terakhir melihat kirana?” Tanya mama sembari menahan tangisnya.
“tapi ini sudah larut malam ma” jawabku.
“kumohon rendi”
“baiklah” jawabku
Aku dan mama langsung menuju ke persimpangan jalan itu. Kulihat sesosok gadis sedang berdiri dipinggir jalan. Dia menoleh kearah kami, namun tak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Ia lalu berjalan kearah aku dan mama
“Kirana” panggil mama
Aku baru menyadari, gadis itu memang Kirana ketika wajah cantiknya diterangi lampu jalan.
“gita, kamu sudah menerima kado dariku?” Tanya Kirana
“ apakah maksudmu yang ini?” Tanya mama sembari memperlihatkan buku yang kuberikan tadi kepadanya.
“ maaf, aku baru bisa memberikan kado ini untukmu melalui perantara anakmu, Rendi.” Lirih Kirana
“maksudmu sejak awal kamu sudah tahu siapa aku?” Tanya ku kepada kirana
Ia mengangguk. Perasaan takut dan takjub bercampur jadi satu. Aku merasa takut karena selama ini aku berbicara dengan arwah penasaran yang ternyata teman mamaku dulu. Aku takjub karena Kirana datang hanya untuk memberikan kado ulang tahun kepada mama. Menurutku ini sangat mengharukan
“ sebenarnya, kado itu ingin aku berikan kepadamu dari 22 tahun yang lalu. Tapi Tuhan baru mengijinkan aku memberikanmu sekarang. Ada hal yang ingin kau tahu, sebenarnya aku meninggal bukan karena sakit tetapi karena kecelakan. Dan ditempat inilah kecelakaan itu terjadi” terang Kirana
“ maksud mu?” Tanya mama
Kirana mulai menjelaskan yang sebenarnya kepada mama. Kejadian itu terjadi ketika mama berulang tahun yang ke 18. Kirana menuju rumah Mama waktu itu untuk memberika kejutan kepada mama. Namun harapannya unutk mengucapkan selamat ulang tahun dan memberikan kado kepada mama sirna, ketika sebuah mobil berlaju kencang menabraknya tepat dipersimpangan jalan ini. Kirana dibawa kerumah sakit namun nyawanya tidak dapat tertolong.
“Tapi kenapa orangtuamu mengatakan kamu meninggal karena sakit?” Tanya mama dengan air mata yang masih mengucur deras.
“Aku yang meminta kepada mereka untuk tidak memberitahukan yang sebenarnya kepada mu. Aku takut kamu terpukul mendengar semua ini” terang Kirana    
Air mata mama semakin mengucur deras. Di akhir hidupnya kirana tetap tidak mau melihat mama sedih.
Melihat semua ini, akhirnya aku mengerti. Kirana sudah tahu bahwa aku adalah anaknya, dan ia ingin aku menjadi perantara antara dia dan mama. Semua tempat-tempat dimana aku bertemu kirana adalah tempat yang berhubungan dengan kejadian 22 tahun yang lalu. Tempat dimana aku kehilangan jejak kirana, adalah tempat dimana kirana ditabrak mobil. Café yang sering kirana kunjungi adalah café yang sering dikunjungi oleh kirana dan mama ketika mereka remaja. Toko buku itu adalah tempat dimana Kirana membeli kado untuk mama. Dan perasaan yang aneh ketika bertemu pertama kali dengan kirana adalah firasat yang membawaku menjadi perantara antara mama dan kirana. Yang lebih menyedihkan, mama baRu mengetahui penyebab kirana meninggal. Yang dia tahu kirana  meninggal karena sakit.
“Waktuku sudah hampir habis. Aku harap kamu menyukai kado dariku. Selamat ulang tahun gita” Ucap kirana sambil berlalu meninggalkan kami
“ komohon jangan pergi. aku tidak mau kehilangan sahabatku lagi.” Lirih mama
Kirana menghentikan langkahnya.
 “ kamu tidak akan kehilangan sahabatmu. Aku akan tetap ada di hati dan desah napasmu”
 “sekali lagi, selamat ulang tahun untukmu gita. dan terima kasih atas semua bantuan yang kau berikan rendi.” ucap Kirana   
 Kirana melanjutkan langkahnya. Lambat laun sosok kirana tak terlihat oleh kedua mataku. Ia berbalik kembali dan tersenyum kepada kami.
Itulah  senyum terakhir dari Kirana. Aku dan mama tidak akan pernah lagi melihat sosok Kirana. Namun yang terpenting, sekarang Kirana telah damai di alam sana. Keinginannya untuk memberikan kado di hari ulang tahun mama telah terpenuhi.
Satu pelajaran yang ku ambil dari kirana. Sosok yang menurutku sebagai symbol dari persahabatan yang abadi.  Sahabat akan tetap ada dan hidup di hati kita. Sahabat akan tetap ada disetiap desah napas,  berdenyut bersama denyut nadi, dan mengalir bersama dengan  aliran darah.

Jumat, 14 Desember 2012

KEPINGAN KISAH HIDUP



 Masa galau adalah masa dimana seseorang paling kreatif untuk menciptakan sesuatu seperti cerpen, puisi, bahkan lagu. Nah, puisi yang satu ini saya buat beberapa bulan yang lalu pada saat kegalauan mencapai stadium 3 (hampir 4 lah :D).. hehehe... Cekidot.:)


Kepingan kisah hidup itu
Kepingan rasa sakit itu
Berharap hilang ditiup angin
Berharap sirna bersama senja

Terus mencoba untuk mengingkari
Agar hati tak tersakiti lagi
Terus mencoba untuk menghapus luka
Agar tak ada lagi air mata

Namun  hingga kini ku tersadar
Ku tak mampu membohongi hati
Nuraniku telah menangis
Karena luka yang teramat perih

Entah sampai kapan seperti ini
Menangisi hati yang tersakiti
Menyesali cerita pahit yang terjadi
Meratapi asa cinta yang telah pergi


Selasa, 11 Desember 2012

TUHAN TAHU APA YANG KITA BUTUHKAN

Selalu terbesit dalam benakku..
Mungkin hidup akan lebih mudah ketika semua orang bisa saling mengerti
Bisa saling memahami bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini
Namun hidup tidak semudah yang seperti yang kita bayangkan
Hidup terkadang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan
Terkadang ada banyak hal yang terjadi di luar pemikiran kita
Yang membuat kita mengalami segala hal yang membuat kita menangis, tersenyum, tertawa, bahkan harus menahan emosi dalam dada
Namun saya bertahan, karena saya percaya satu hal: TUHAN TAHU APA YANG KITA BUTUHKAN..
Hanya berpegang teguh dan percaya bahwa ALLAH selalu ada untuk kita membuat seseorang bisa bertahan  menjalani segala dinamika kehidupan yang ada...